Sabtu, 16 Februari 2019

Makam Wali : Sunan Kalijaga di Kadilangu

Raden Sahid mengawali dakwahnya di Cirebon, di Desa Kalijaga untuk mengislamkan penduduk Indramayu dan Pamanukan. Di sana ia tinggal beberapa tahun. Mula-mula ia menyamar menjadi tukang bersih-bersih (baca: Marbot) Masjid Sang Cipta Rasa. Di masjid itulah ia bertemu Sunan Gunung Jati. Tak lama berselang ia dinikahkan dengan adik—kemungkinan adik ipar—Sunan Gunung Jati yang bernama Siti Zainab. Perempuan ini diyakini sebagai putri dari Syekh Abdul Jalil yang terkenal dengan sebutan Syekh Siti Jenar. Dari pernikahan tersebut, Sunan Kalijaga dikaruniai sepasang putra-putri kembar yang ia beri nama Watiswara dan Watiswari, dan seorang putri dengan nama Ratu Champaka.
Dalam mendakwahkan Islam, Sunan Kalijaga banyak terinspirasi oleh Sunan Bonang yang memperkenalkan berbagai media peninggalan Hindu-Buddha yang kemudian diubah dengan menanamkan nilai-nilai ketauhidan yang mendalam. Beragam simbolisme dalam ritual-ritual kejawen pun dimaknai ulang dan diberi nafas Islam khas Jawa. Ia memperkenal Islam menggunakan media wayang, bahkan memprakarsai perubahan wayang beber ke wayang kulit. Wayang kulit ini ditatah pertama kali oleh Sungging Prabhangkara, sehingga namanya diabadikan sebagai aktivitas menatah wayang atau nyungging. Wayang-wayang itu juga diubah dari yang semula dengan gambar-gambar manusia menjadi gambar lain yang tak lagi mirip manusia. Dengan pertimbangan bahwa penyerupaan terhadap makhluk hidup dalam bentuk dan rupa yang sama itu dilarang dalam Islam.
Kepiawaian Sunan Kalijaga dalam berdakwah menggunakan wayang ini menjadikannya semakin dikenal oleh penduduk Jawa bagian barat dengan berbagai nama samaran. Di daerah Padjadjaran, misalnya, Sunan Kalijaga dikenal dengan Ki Dalang Sida Brangti. Di daerah Tegal ia dikenal sebagai dalang barongan dengan julukan Ki Dalang Bengkok. Ia juga dikenal dengan Ki Dalang Kemendung ketika mendalang topeng di kawasan Purbalingga. Sedangkan di Majapahit ia masyhur sebagai Ki Unehan. Selain nama-nama tersebut, ia juga memiliki sejumlah nama lain, seperti Sunan Kali, Syekh Malayakusuma, Jaka Satya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.Sementara itu, orang-orang yang ingin nanggap wayang maka bayarannya cukup dengan membaca dua kalimat syahadat. Dengan cara itulah Islam semakin berkembang di tanah Jawa.
Sunan Kalijaga pun mengeksplorasi konsep pewayangannya dengan nilain-nilai intrinsik Islam. Ia, misalnya, memperkenalkan konsep pewayangannya dengan sebutan wayang “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, yang berarti berasal dari Allah dan harus kembali kepada Allah dengan selamat. Konsep pewayangan ini pun mau tidak mau harus mengalami konversi ke dalam istilah Jawa sehingga menjadi “ojo lali sangkan paraning dumadi.” Demikian pula perangkat kekayon atau gunungan dalam pewayangan pun tidak luput menjadi sarana dakwahnya. Seperti makna simbolik gunungan yang menyerupai masjid, tetapi jika dibalik maka akan mirip dengan bentuk hati. Ini artinya hati umat Islam harus selalu terpaut dengan masjid karena masjid menjadi pusat peradaban, sekaligus muara perubahan dalam Islam.
Selain itu, dilihat dari segi etimologi kekayon berasal dari kata kayu yang berarti pohon; hayyun atau simbolisme pohon hidup; yang bisa bermakna kehidupan dalam konteks sangkan paraning dumadi. Sedangkan gunungan (kayon) pewayangan merupakan simbolisasi dari gunung, api, pohon besar, ombak, samudera, gua, dan lain-lain. Ada pula yang mengatakan bahwa kekayon berarti kehidupan di dunia fana, yang dikaitkan dengan tancep kayon sebagai sangkan paraning dumadi (kembali kepada asal penciptaan manusia).
Tidak hanya itu, dalam jagad pewayangan Sunan Kalijaga juga menciptakan berbagai gubahan lakon. Beberapa lakon yang digubah antara lain lakon Dewa Ruci, Jimat Kalimasada, dan Petruk Dadi Ratu. Serat Dewa Ruci berasal dari naskah kuno Nawa Ruci. Lakon ini mengisahkan perjalanan ruhani tokoh Bima di bawah bimbingan Bhagawan Drona sampai ia bertemu dengan Dewa Ruci. Dalam lakon ini Sunan Kalijaga sengaja mengilustrasikan Dewa Ruci sebagai sosok Khidhir, sedangkan Bima digambarkan dirinya sebagai yang mencari ilmu makrifat dan hakikat. Adapun lakon Jimat Kalimasodo diambil dari cerita senjata milik Prabu Darmokusumo (Yudistira). Dalam lakon tersebut Puntadewa, sosok suci agama Hindu yang bijaksana dan berbudi luhur diceritakan tidak dapat masuk surga, kecuali harus menggunakan satu pusaka khusus yang disebut dengan Jamus Kalimasada atau Jimat Kalimasada, atau kalimat syahadat. Konon, Naskah Serat Dewa Ruci merupakan salinan lain Suluk Linglung dalam konsep pertunjukan. Jika ajaran Suluk Linglung hanya diperuntukkan bagi murid-murid dalam tarekatnya, maka Serat Dewa Ruci merupakan saduran yang memiliki ide dasar yang sama dan diperuntukkan untuk masyarakat secara luas.
Beberapa syair yang diyakini berasal dari Sunan Kalijaga di antaranya tembang lir-ilir; gundul-gundul pacul; e, dayohe teko; dan lain-lain. Demikian pula peninggalan karya sastra beserta ujaran-ujaran yang sarat nuansa mistik Islam yang sangat kental pun menjadi prioritas utama. Selain itu, syiar lain yang tidak kalah menarik adalah tradisi kenduri dengan berbagai simbol. Ini tampak dalam tradisi gunungan atau tumpeng yang kemudian dilestarikan oleh Kerajaan Mataram Islam yang masih dilestarikan sampai sekarang. Gunungan menjadi acara pamungkas dalam berbagai perhelatan, dan setelah menyantap makanan dalam gunungan itu terdapat tradisi mencuci tangan dengan tiga jenis tempat pencucian. Tempat pencucian pertama berisi bunga mawar; kedua, bunga kenanga; ketiga, bunga kanthil. Ketiga tempat pencucian dengan tiga jenis bungan ini mengandung filosofi yang dalam. Bahwa dalam kehidupan yang berwarna-warni (mawarni-warna) dengan hiruk-pikuknya, dan manusia bebas dan bisa berbuat apapun (kena ngene-kena ngono), tetapi hatinya harus tetap melekat (kanthil) kepada Yang Satu dan Esa yaitu Allah Swt.
Setelah melanglang buana ke berbagai wilayah di Nusantara, bahkan dikabarkan dakwahnya sampai Palembang, dan sempat menimba ilmu kepada Syekh Sutabaris, Sunan Kalijaga pun memilih kembali ke Kadilangu. Di sana ia menetap dan membina kehidupan rumah tangga hingga akhir hayatnya. Dakwahnya pun berlanjut dari daerah pesisir utara Demak, hingga ke pedalaman. Istri yang disebut-sebut hanyalah Dewi Sarah, putri Maulana Ishak. Dari pernikahannya dengan Dewi Sarah Sunan Kalijaga dikaruniai tiga orang anak, salah satunya Raden Umar Said, yang kelak bergelar Sunan Muria.
Sunan Kalijaga dimakamkan di Desa Kadilangu, sekitar 3 km dari Masjid Agung Demak. Makamnya terletak di kompleks pemakaman dengan dinding melingkari area kompleks. Makam ini selalu ramai dipadati peziarah, utamanya pada malam Jumat Pon, Pahing, dan Kliwon saat dibukanya pintu tungkub. Selain itu, makam ini juga dibanjiri peziarah pada tanggal 10 Dzulhijjah menjelang Idul Adha. Karena saat itu berlangsung upacara penjamasan pusaka Kelambi Kyai Gondil dan Kyai Onto Kusumo, Keris Kyai Crubuk dan Kyai Sirikan jelang Idul Adha.
Gerbang menuju ke komplek makam Sunan Kalijaga di Desa Kadilangu kecamatan Kota kabupaten Demak. Sumber gambar: mediasemarang.com/
Untuk menuju ke sana, peziarah harus melintasi lorong beratap yang dipenuhi para pedagang. Di beberapa titik lorong para peziarah akan melewati lantai dengan hiasan ornamen bunga yang indah. Ada pendopo tempat para peziarah beristirahat sejenak. Sebelum mencapai titik makam Sunan Kalijaga, tampak beberapa makam keramat lainnya seperti makam Arya Penangsang dan Adipati Jipang Panolan.
Tampak toko-toko souvenir di kanan kiri jalan masuk ke areal makam Sunan Kalijaga. Sumber gambar: http://swetadwipa.blogspot.co.id

Selasar menuju areal cungkup makam. Sumber gambar: http://swetadwipa.blogspot.co.id
Makam Sunan Kalijaga berada di dalam sebuah bangunan tungkub berdinding tembok berukuran besar dengan ukiran kayu. Pilar tungkub dilapisi keramik dengan hiasan ornamen limasan di bagian atas dan bawah. Dinding di antara pilar dihiasi ukiran kligrafi, sedangkan ukiran pada jendela dilengkapi teralis besi. Di luar tembok tungkub terdapat beberapa jirat makam Mpu Supo adik ipar Sunan Kalijaga dan putranya, Djaka Sura. Di sebelah dinding tungkub ada makam Panembahan Pengulu, cucu Sunan Kalijaga. Selain itu, ada sembilan blok dengan 175 makam, termasuk Panembahan Hadi, Ratu Retno Pembayun, Ratu Panenggak, Raden Abdurrachman. Ada pula makam abdi kinasihnya, yaitu Kyai dan Nyai Derik; makam Dewi Roso Wulan, adiknya; dan makam Raden Tumenggung Wilotikto, ayahandanya. Selain maka, ada juga petilasan batu yang diyakini sebagai tempat duduk Sang Sunan ketika memberikan wejangan kepada para muridnya. Tempat duduk itu dikelilingi tembok dengan tulisan “Selo Palenggahanipun Kanjeng Sunan Kalijaga” di sebelah pintu masuk.[6]
Areal cungkup makam Sunan Kalijaga. Sumber gambar: http://swetadwipa.blogspot.co.id

Suasan di dalam areal cungkup makam Sunan Kalijaga. Sumber gambar: mediasemarang.com/

“Selo Palenggahanipun Kanjeng Sunan Kalijaga”, atau batu tempat duduk Sunan Kalijaga terlihat berada di tengah, dikelilingi tembok yang pendek. Batu itu digunakan sebagai tempat duduk Sunan Kalijaga ketika memberi wejangan kepada para muridnya. Sumber gambar: aroengbinang.com
Di tempat-tempat itulah, mereka duduk bersila dan menundukkan kepala. Asyik masyuk dalam dialog imajiner dengan wali-wali yang telah mendahuluinya. Merapalkan doa-doa, membacakan ayat-ayat Al-Quran, membasahi bibir dengan rupa-warna zikir. Menghadiahkan bacaan untuk mereka sebagai wujud terimakasih karena telah menyampaikan Islam dalam kalbu tanpa kekerasan, tanpa paksaan, tetapi dengan kasih sayang. Meneteskan air mata sebagai bentuk kesadaran sebentar lagi kami akan menyusul dan menjadi bagian mereka.

Sejarah Bedirinya Kerajaan Demak


Berdirinya kerajaan Demak bermula dari misi para muballigh dalam mengislamkan jawa yang kemudian terkenal dg sebutan “ wali songo”. Dalam penyiaran dan perkembangan islam di jawa selanjutnya, para walisongo memusatkan kegiatannya dengan menjadikan kota demak sebagai sentral segala sesuatunya. Atas dukungan walisongo tersebut, terutama atas dasar perintah sunan Ampel, maka raden Patah ditugaskan untuk mengajarkan agama islam dan membuka pesantren di desa glagah wangi.

Tidak lama kemudian, desa inii banyak dikunjungi orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat perdagangan dan bahkan menjadi pusat kerajaan islam pertama di jawa.

Kerajan islam pertama ini didirikan oleh raden Patah atas restu dan dukungan para walisongo yang diperkirakan tidak lama setelah keruntuhan kerajaan majapahit ( semasa pemerintahan prabu brawijaya ke V / kertabumi ) yaitu tahun ± 1478 M . sinengkelan ( ditandai dengan condro sengkolo ) “ SIRNO ILANG KERTANING BUMI “ . Adapun berdirinya kerajaan demak sinengkelan “ geni mati siniram janmi” yang artinya tahun soko 1403 / 1481 M.

Sebelum Demak menjadi pusat kerajaan, dulunya demak merupakan kadipaten di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit ( brawijaya V) . dan sebelum berstatus kadipaten , lebiih dikenal orang dengan nama “ glagah wangi “. Yang menjadi wilayah kadipaten jepara dan merupakan satu-satunya kadipaten yang adipatinya memeluk agam islam.

Menurut cerita rakyat, orang tg pertama kali dijumpai oleh raden patah di glagah wangi adalah nyai lembah yang bersal dari rawa pening. Atas saran nyai lembah inilah , raden patah bermukim di desa glagah wangi yang kemudian dinamai “ Bintoro Demak “. Kemudian dalam perkembangannya dan semakin ramainya masyarakat, akhirnya bintoro menjadi ibu kota Negara.
Adapun asal kota Demak , ada beberapa pendapat. Antara lain :

  1. Menurut prof. purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya tanah yang mengandung air ( rawa)
  2. Menurut sholichin salam dalam bukunya “ sekitar walisongo “ menyatakan bahwa prof. Dr.Hamka berpendapat , kota Demak adalah berasal dari bahasa arab “ Dimak” yg artinya air mata . menggambarkan kesulitan dalam menegakkan agam islam pada waktu itu.
  3. Menurut prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal dari bahasa kawi yang artinya pegangan atau pemberian.


Letak Lokasi Kerajaan Demak

Dari hasil penilitian IAIN walisongo jawa tengah tahun 1974 M tentang bahan-bahan sejarah islam di jawa tengah bagian utara, telah dilaporkan bahwa ada beberapa pendapat mengenai letak kesultanan ( istana kerajaan ) Demak, yaitu ;

  • Pertama : bahwa bekas kesultanan Demak itu tidak ada. Dengan keterangan bahwa raden Patah mulai menyebarkan agama islam di Demak adalah semata-mata untuk kepentingan agama islam. Pendirian masjid Demak bersama para walisongo merupakan lambing kesultanan demak. Adapun tempat kediaman rade Patah bukan berupa istana yang megah, tetapi sebuah rumah biasa yg letaknya diperkirakn sekitar stasiun Kereta APi sekarang, tempat itu dinamakan “Rowobatok “

  • Kedua : bahwa pada umumnya letak masjid tidak terlalu jauh dari istana. Diperkirakan letak kraton Demak berada ditempat yang sekarang didirikan Lembaga Pemasyarakatan ( sebelah timur alun-alun) . dengan alas an bahwa pada zaman colonial ada unsur kesengajaan menghilangkan bekas kraton . pendapat ini didasarkan atas adanya nama-nama perkampungan yang mempunyai latar belakang historis. Seperti nama : sitihingkil ( setinggil) , betengan , pungkuran, sampangan dan jogoloyo.

  • Ketiga : bahwa letak kraton berhadap-hadapan dengan masjid agung demak, menyebrangi sungai dengan ditandai oleh adanya dua pohon pinang. Kedua pohon pinang tersebut masih ada dan diantara kedua pohon itu terdapat makam kiyai GUNDUK.. menurut kepercayaan masyarakat setempat , yang ditanam itu sesungguhnya berupa tombak ( pusaka).


Raja-Raja Kerajaan Demak

1. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Raden Patah ( 1500 – 1518 )

Raden Patah pada masa sebelum mendirikan Kerajaan Demak terkenal dengan nama Pangeran Jimbun, dan setelah menjadi pendiri kerajaan Demak raja bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. kerajaan Demak menjadi kerajaan besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam yang penting Pada masa pemerintahan Raden Patah, dan Raden Patah juga membangun Masjid Agung Demak yang letaknya ditengah kota Alun-alun Demak.
Kedudukan Demak semakin penting peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Namun, walaupun begitu hal itu suatu saat juga menjadi ancaman bagi kekuasaan Demak. Karena itu pada tahun 1513, Raden Patah mengutus putranya sendiri yaitu Pati Unus dan para armadanya diutus untuk menyerang Portugis di Malaka. Walau Serangan ke Malaka sudah dibantu oleh Aceh dan Palembang tetapi gagal dikarenakan kualitas persenjataan yang kurang memadai dibanding Portugis di Malaka.

2. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Pati Unus ( 1518 – 1521 )
Pada tahun 1518 ketika Raden Patah sudah wafat kemudian pemerintahan Kerajaan Demak digantikan putranya sendiri yaitu Pati Unus. Pati Unus sangat terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis yang telah menguasai Malaka. dan karena keberaniannya itu Pati Unus mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. Ia juga mengirim Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis di Malaka, hal itu mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makanan.

3. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 )
Ketika Pati Unus wafat, pati unus tidak memiliki putra.jadi tahta kerajaan digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. dan di bawah pemerintahan Sultan Trenggono inilah pemerintahan Demak mencapai masa kejayaannya. Raden Trenggono dikenal sebagai raja yang sangat bijaksana dan gagah berani. dan berhasil memperlebar wilayah kekuasaannya yang meliputi dari Jawa Timur dan Jawa Barat.

Pada turun-temurun berdirinya demak sampai masa pemerintahan Raden Trenggono Musuh utama Demak adalah Portugis yang mulai memperluas pengaruhnya ke jawa Barat dan alhasil pihak portugis bisa mendirikan benteng Sunda Kelapa di jawa barat.
Pada tahun 1522 Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke Sunda kelapa dibawah pimpinan Fatahillah yang bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis dari sunda kelapa. Tahun 1527 Fatahillah dan para pengikutnya berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dan Sejak saat itulah Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang sempurna danampai saat ini dikenal dengan nama Jakarta.

Sultan Trenggono yang berencana menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan Demak dan untuk mewujudkan cita-cita itu Sultan Trenggono mengambil langkah cerdas sebagai berikut :
  • menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang )
    dipimpin Sultan Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasil
    karena Sultan Trenggono meninggal
  • menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin
    Fatahillah
    mengadakan perkawinan politik. Misalnya :
    • Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara )
    • Fatahillah dijodohkan dengan adiknya
    • Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon )
    • Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati Pajang )

Peninggalan Kerajaan Demak

Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan tentang keberadaan kerajaan ini di masa lalu sudah cukup banyak didapatkan. Adapun beberapa bukti lain yang berupa peninggalan bersejarah seperti bangunan atau benda-benda tertentu juga masih terpelihara hingga sekarang. Beberapa bangunan atau benda peninggalan kerajaan Demak yaitu sebagai berikut :

1. Masjid Agung Demak
Peninggalan Kerajaan Demak yang paling dikenal tentu adalah Masjid Agung Demak. Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri kokoh hingga saat ini meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan ini juga menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa. Jika Anda tertarik untuk melihat keunikan arsitektur dan nilai-nilai filosofisnya , datanglah ke masjid ini. Letaknya berada di Desa Kauman, Demak – Jawa Tengah.
2. Pintu Bledek
Dalam bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh karena itu, pintu bledek bisa diartikan sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak. Berdasarkan cerita yang beredar, pintu ini dinamai pintu bledek tak lain karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar. Saat ini, pintu bledek sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu bledek dimuseumkan karena sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan kini disimpan di dalam Masjid Agung Demak.

3. Soko Tatal dan Soko Guru
Soko Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai penyangga tegak kokohnya bangunan Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru yang digunakan masjid ini, dan berdasarkan cerita semua soko guru tersebut dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Sang Sunan mendapat tugas untuk membuat semua tiang tersebut sendiri, hanya saja saat ia baru membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua tatal atau potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kekuatan spiritualnya dan mengubahnya menjadi soko tatal alias soko guru yang terbuat dari tatal.

4. Bedug dan Kentongan
Bedug dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tak boleh dilupakan. Kedua alat ini digunakan pada masa silam sebagai alat untuk memanggil masyarakat sekitar mesjid agar segera datang melaksanakan sholat 5 waktu setelah adzan dikumandangkan. Kentongan berbentuk menyerupai tapal kuda memiliki filosofi bahwa jika kentongan tersebut dipukul, maka warga sekitar harus segera datang untuk melaksanakan sholat 5 waktu secepat orang naik kuda.

5. Situs Kolam Wudlu
Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs ini dahulunya digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir yang berkunjung ke Masjid untuk melaksanakan sholat. Namun, saat ini situs tersebut sudah tidak digunakan lagi untuk berwudlu dan hanya boleh dilihat sebagai benda peninggalan sejarah.
6. Maksurah Maksurah
adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan Masjid Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya pada saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun tulisan dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Alloh.
7. Dampar Kencana
Dampar kencana adalah singgasana para Sultan yang kemudian dialih fungsikan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak. Peninggalan Kerajaan Demak yang satu ini hingga kini masih terawat rapi di dalam tempat penyimpanannya di Masjid Demak.
8. Piring Campa
Piring Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang tak lain adalah ibu dari Raden Patah. Piring ini jumlahnya ada 65 buah. Sebagian dipasang sebagai hiasan di dinding masjid, sedangkan sebagian lain dipasang di tempat imam.


  • Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Demak

Kerajaan Demak yang secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas dikelilingi peraiaran laut Muria.Bintoro yang menjadi pusat kerajaan Demak yang terletak antara bergola dan jepara, dimana bergola adalah sebuah pelabuhan yang penting pada masa Kerajaan Mataram ( Wangsa Syailendra ), sedangkan Jepara akhirnya berkembang menjadi pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.

Kehidupan politik lokasi kerajaan Demak yang strategis untuk perdagangan nasional, karena menghubungkan perdagangan antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian Timur, serta keadaan Majapahit yag sudah hancur, maka Demak berkembang menjadi kerajaan besar di pulau Jawa, dan memiliki peranan penting dalam rangka penyebaran agama islam, khususnya di pulau Jawa, karena Demak berhasil menggantikan peran Malaka, setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis 1511.

  • Kehidupan Ekonomi dan Sosial Budaya

Kehidupan Ekonomi kerajaan Demak, karena Demak terletak di wilayah yang sangat strategis yaitu di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim. Dalam kegiatan perdagangannya, Demak berperan sebagai penghubung daerah penghasil rempah-rempah di wilayah Indonesia  bagian timur dan penghasil rempah-rempah di Indonesia bagian barat.

Dengan demikian perdagangan di Demak semakin berkembang. Dan hal in juga didukung oleh pengusaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa. Sebagai kerajaan islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian, kegiatan perdagangannya di tunjang oleh hasil pertanian, yang mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan dibidang ekonomi.

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak  lebih berdasarkan pada agama dan budaya islam, karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam pertama di pulau Jawa. Sebagai pusat penyebaran Islam, Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Bonang. Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak, seperti yang dilakukan oleh Sunan Kudus yang memberi nasihat kepada Raden Patah untuk membuat siasat[1][1][1] menghancurkan kekuatan potugis dan membuat pertahanan yang kuat di Indonesia.

Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara raja/ bangsawan, para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun di Pondok Pesantren, sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiah ( Persaudaraan di antara orang- orang Islam )

Demikian pula di bidang budaya, banyak hal yang menarik yang merupaka peninggalan dari kerajaan Demak.Salah satunya adalah Masjid Demak, dimana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan- pecahan kayu yang disebut dengan soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Majid ( pendopo ) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar- dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad SAW) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon. Hal tersebut menunjukan adanya akulturasi kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam.

Setelah Demak berkuasa kurang lebih setengah abad, ada beberapa hasil peradaban Demak yang sampai saat ini masih dapat dirasakan. Misalnya :
  • Sultan Demak, Senopati Jimbun pernah menyusun suatu himpunan undang-undang dan peraturan di bidang pelaksanaan hukum. Namanya : Salokantara, sebagai kitab hukum, maka di dalamnya antara lain menerangkan tentang pemimpin keagamaan yang pernah menjadi hakim. Mereka disebut dharmahyaksa dan kertopapatti.
  • Gelar pengulu ( kepala ), juga sudah dipakai disana, yang sudah dipakai Imam di Masjid Demak. Hal in juga terkait dengan orang yang terpenting disana, yaitu nama Sunan Kalijaga. Kata Kali berasal dari bahasa Arab Qadli, walaupun hal itu juga dikaitkan dengan nama sebuah sungai kecil, Kalijaga di Cirebon. Ternyata istilah Qadli, pada masa-masa selanjutnya dipakai oleh imam-imam masjid.

  • Bertambahnya bangunan-bangunan militer di Demak dan ibukota lainnya di Jawa pada abad XVI.
  • Peranan penting Masjid Demak sebagai pusat peribadatan Kerajaan Islam pertama di Jawa. Dengan Masjid, umat Islam di Jawa daapt mengadakan hubungan dengan pusat-pusat Islam Internasional di luar negeri ( di Tanah Suci, maka dengan kekhalifahan Ustmaniyah di Turki ).

  • Munculnya kesenian, seperti wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat, pembuatan keris, dan hikayat-hikayat Jawa yang dipandang sebagai penemuan para wali yang sezaman dengan Kerajaan Demak.
  • Perkembangan sastra Jawa yang terpusat di bandar-bandar pantai utara dan pantai timur Jawa yang mungkin sebelumnya tidak di islami, maupun pada masa-masa selanjutnaya “diislamkan”.

Kemajuan Kerajaan Demak dalam berbagai bidang tidak bisa dilepaskan dari peran serta Islam dalam menyusun dan membentuk fondasi Kemasyarakatan Demak yang lebih Unggul, disamping itu peran serta para pemimpin dan para Wali juga turut membantu kejayaan Kerajaan Demak.

  • Perang Saudara Kerajaan Demak

Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen.

Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.

Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak yang keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan kekuasaan.

Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng.

Dalam pertempuran ini tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah Majapahit di daerah Surakarta.

Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah mataram.

Kehidupan Politik Kerajaan Demak

Raja pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar Senapati Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Pada tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang putranya yang bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati Unus sebelumnya sudah pernah memimpin armada laut kerajaan Demak untuk menyerang Portugis yang berada di Selat Malaka.
Sayangnya, usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut, akhirnya Pati unus mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Lalu pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya yang bernama Trenggana. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak kejayaannya.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Kerajaan Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada di Nusantara, Demak memegang peran yang sangat penting dalam aktivitas perekonomian antarpulau.
Demak memiliki peran yang penting karena memiliki daerah pertanian yang lumayan luas dan menjadi penghasil bahan makanan seperti beras. Selain itu, perdagangannya juga semakin meningkat. Barang yang banyak diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras.
Barang-barang tersebut lalu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Aktivitas perdagangan Maritim tersebut telah menyebabkan kerajaan demak mendapat keuntungan sangat besar. Banyak kapal yang melewati kawasan laut jawa dalam memasarkan barang dagangan tersebut.

Masa Kejayaan Kerajaan Demak

Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara.
Di bawah Pimpinan Pati Unus( Pangeran sabrang Lor )
Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.
Di bawah Pimpinan Sultan Trenggana
Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546).

Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati diperintah oleh Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus merupakan imam di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan Majapahit sebelum pindah ke Kudus.


  • Masa Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Demak

Pemerintahan Raden Patah kira-kira berlangsung di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke 16. Tatkala perjuangan Raden Patah melawan Portugis belum selesai, pada tahun 1518 beliau wafat, dan digantikan oleh puteranaya, Adipati Unus ( Pangeran Sebrang Lor ). Dikenal denagan nama tersebut, karena dia pernah dia menyebrang ke utara untuk menyerang Portugis yang ada disebelah utara( Malaka ). Disamping itu, dikenal dengan nama Cu Cu Sumangsang atau Aria Penangsang. Namun sayang, dia hanya memerintah selam tiga tahun sehingga usahanya sebagai negarawan tidak banyak diceritakan. Konon, dia mempunyai armada laut yang terdiri dari 40 kapal juang yang berasal dari daerah-daerah taklukan, terutama yang diperoleh dari Jepara.

Sebagai penggantinya adalah Sultan Trenggono/ Tranggana, saudara Adipati Unus. Dia memerintah tahun 1512-1546. Tatkala memerintah, kerajaan telah diperluas ke barat dan ke hulu Sungai Brantas atau pada saat ini dikenal dengan kota Malang. Sebagai lambang kebesaran Islam, Masjid Demak pun dibangun kembali.

Dengan gambaran tersebut diatas, perjuanagan Pangeran Trenggono tidak kalah oleh para pendahulunya. Adapun orang-orang Portugis di Malaka, dirasanaya sebagai ancaman dan bahaya.Untuk menggempur langsung dia belum sanggup. Namun demikian, dia berusaha perluasan daerah-daerah yang dikuasai oleh Portugis yang telah berhasil menguasai pula daerah pase di Sumatra Utara. Seorang ulam terkemuka dari pase Faittahilah yang sempat melarikan diri dari kepungan orang Portugis, di terima oleh Trenggono.

Fattahilah pun dikawinkan dengan adiknya. Ternyata Fattahilah dapat menghalangi kemajuan orang-orang Portugis dengan merebut kunci-kunci perdagangan Kerajaan Pejajaran di Jawa Barat yang belum masuk Islam, yaitu Banten dan Cirebon. Sementara itu, Trenggono sendiri berhasil menaklukan Mataram dipedalaman Jawa Tengah dan juga Singasari Jawa Timur bagian selatan. Pasuruan dan Panukuan dapat bertahan, sedangkan Blambangan menjadi bagian Kerajaan Bali yang tetap Hindu. Dalam usahanya untuk menyerang Pasuruan pada tahun 1546, Trenggono Wafat. Dengan wafatnya Sultan Trenggono, timbulah pertengkaran yang maha hebat di Demak tentang siapa yang menggantikannya.

Setelah Sultan Trenggono wafat muncul kekacauan dan pertempuran antara para calon pengganti Raja. Konon, ibukota Demak pun hancur karenanya. Para calon pengganti raja yang bertikai itu adalah anak Trenggono, Sunan Prawoto dan Arya Penangsang anak dari Pangeran Sekar Ing Seda Lepen, adik tiri sultan trenggono yang dibunuh oleh Sunan Prawoto ketika membantu ayahnya merebut tahta Demak. Arya penangsang dengan dukungan dari  gurunya Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak, mengirim anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya.

Pada tahun 1549 menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni Rangkud setuju. Ia lalu menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata istri Sunan sedang berlindung di balik punggungnya. Akibatnya ia pun tewas pula. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya.

Arya Penangsang juga membunuh adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya, istri adipati Jepara, Ratu Kalinyamat mengangakat senjata dan dibantu oleh adipati yang lain untuk melawan Arya Penangsang. Salah satunya adalah Hadiwijaya ( Jaka Tingkir ), menantu Sultan Trenggono yang berkuasa di Pajang ( Boyolali ). Akhirnya, Joko Tingkir dapat membuuh Arya Penangsang. Pada tahun 1586, Keraton Demak pun dipindah ke Pajang.

Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh-tokoh penting Demak saat menyerang Blambangan yang eks-Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran dari sejarah cerai-berai dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan.


  • Kesimpulan
Kerajaan Demak berdiri tahun 1500. Raja pertama Kerajaan Demak adalah Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Demak berkembang dengan pesat. Dapat berkembang dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasilan bahan makanan, terutama beras. Selain itu, Kemajuan yang dialami Demak ini dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Kerajaan Demak tumbuh sebagai pusat perdagangan, Demak juga tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam. Para wali adalah penyebar agama Islam di Demak. Mereka memanfaatkan posisinya untuk lebih menyebarkan Islam kepada penduduk Jawa.

Wafatnya Sultan Trenggana (1546) menyebabkan kemunduran Kerajaan Demak. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawato (putra Sultan Trenggana) dengan Aria Panangsang (keturunan Sekar Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana)). Dalam perebutan kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon bantuan kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran itu, Adiwijaya berhasil membunuh Aria Panangsang. Setelah itu, Adiwijaya memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa ini menjadi akhir dari Kerajaan Demak.

Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.




Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi.
Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.
       Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Salah satu dari tiang utama tersebut konon berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai saka tatal. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, mengandung candra sengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Sultan Fattah yang merupakan raja pertama kasultanan demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.
Masjid Agung Demak dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995.

Empat Fakta Menarik tentang Masjid Agung

Empat Fakta Menarik tentang Masjid Agung Demak De Moskee van Demak (Masjid Agung Demak) 1920-1939. (Foto: tropenmuseum.nl)
DALAM penyebaran agama Islam di Jawa, tentu tak lepas dari peran penting keberadaan Masjid Agung Demak. Masjid yang didirikan Raden Patah sekira 1401 Saka atau 1479 Masehi ini, kemudian menjadi basis berkumpulnya Wali Songo ketika mendakwahkan agama Nabi Muhammad saw di tanah Jawa.
Secara arsitektural, bangunan Masjid Agung Demak memiliki ciri khas yang tidak dimiliki masjid lain. Setidaknya, ada empat fakta menarik yang berhasil dirangkum merahputih.com. Berikut ulasannya.
1. Atap dengan Corak Hindu
Masjid Agung Demak. (Foto: iyaa.com)
Sebagai wujud akulturasi budaya dengan agama Hindu (agama mayoritas masyarakat Jawa saat itu), Raden Patah sengaja membuat atap berundak tiga, berbentuk segitiga sama kaki seperti pura umat Hindu. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa dalam penyebaran agama Islam pada masa Wali Songo sangat adaptif terhadap budaya lokal yang dipegang teguh masyarakat sekitar.
Berdasarkan cerita yang ada, salah satu dari tiga undakan dipercaya masyarakat terbuat dari intip (kerak nasi liwet). Menurut cerita yang diamini secara turun-temurun, pada masa pembangunan atap masjid kekurangan bahan sirap (atap). Konon Sang Sunan Kalijaga melemparkan intip ke atas masjid sembil mengucapkan kun fa yakun jadilah atap.
2. Saka Tatal
Saka tatal Masjid Agung Demak. (Foto: islamindonesia.id)
Masjid Agung Demak memiliki empat saka (tiang) utama. Tiang-tiang itu memiliki tinggi 16 meter. Legenda yang beredar di masyarakat dan cerita-cerita rakyat, keempat tiang tersebut dibuat oleh empat wali, tak lain Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.

Uniknya tiang yang terbuat dari tatal atau serpihan-serpihan kayu sisa yang diikat. Saka tatal itu dipercaya buatan Sunan Kalijaga. Meski tidak terbuat dari kayu utuh, kekuatan saka tatal sama dengan tiang-tiang lainnya.
3. Pintu Bledeg
Pintu bledeg Masjid Agung Demak. (Foto: http://sejarahkerajaandemaklengkap.blogspot.co.id)
Pintu bledeg atau petir merupakan pintu utama Masjid Agung Demak, yang digunakan sebagai antipetir. Pintu tersebut dibuat oleh Ki Ageng Selo sekitar 1446 Masehi. Berdasakan Babad Tanah Jawi karya WL Olthof, Ki Ageng Selo adalah orang sakti yang mampu menangkap petir.
Pintu bledeg terbuat dari kayu jati dipenuhi ukiran tebal. Ukiran paling menonjol adalah adanya dua kepala naga. Ukiran-ukiran itu dipercantik dengan diberi warna cat merah. Dalam khazanah kultur Jawa, gambar di pintu tersebut merupakan prasasti Condro Sengkolo (penanda waktu) yang berbunyi “Nogo Mulat Saliro Wani”.
4. Kolam Wudhu
Kolam wudhu Masjid Agung Demak. (Foto: tandapagar.com)
Kolam wudhu merupakan salah satu bagian Masjid Agung Demak yang terletak di samping depan masjid. Kolam yang dibangun mengiringi awal berdirinya masjid itu difungsikan sebagai tempat wudhu. Kolam tersebut memiliki ukuran 10x25 meter dengan kedalaman lima meternya, dan terdapat tiga batu dengan ukuran yang berbeda.

Batu berwarna hitam yang lebih besar itu berdiri tegak, sementara dua batu hitam tergeletak bersamaan dengan batu hias lainnya yang ukurannya lebih kecil. Kolam yang tak lagi difungsikan ini, konon adalah tempat berwudhu para Wali Songo.
Meski demikian, tidak semua bagian menarik dari Masjid Agung Demak dapat kita jumpai langsung. Sebab, kini telah ada yang dimuseumkan pihak masjid, seperti pintu bledeg.



Sirup Belimbing

Sirup Belimbing
www.beritaseoku.net
Kalau biasanya anda minum sirup rasa markisa,jeruk,melon,bagaimana bila mencicipi minuman sirup rasa belimbing? Bila belum pernah dan berniat untuk mencobanya anda bisa datang ke Kota Demak untuk sekedar mencicipi atau membawa pulang sirup ini sebagai buah tangan. Namun,ditoko Bintang Lima ini anda bisa menemukan banyak olahan dari buah Belimbing selain sirupnya loh. 

Kota Demak yang terkenal menyimpan sejuta sejarah tentang masuknya agama islam ini ternyata menyimpan kuliner yang khas yakni buah belimbing. Apa yang membuat buah belimbing di Demak ini berbeda? Disini buah Belimbing memiliki rasa yang manis dengan ukuran yang super jumbo. Dimana ukuran ini jauh lebih besar dibandingkan dengan buah belimbing yang biasa. Banyak sekali para pengunjung yang berkunjung ke kota ini ingin membawa oleh-oleh khas Demak buah belimbing ini yang mana bisa dibawa keperjalanan jauh.

 Tentu saja hal ini sangat ideal dan cocok untuk dibawa pulang dan diberikan kepada keluarga yang ada dirumah. Oleh-oleh buah belimbing ini sendiri bisa Anda dapatkan dengan mudah karena bisa dibeli disepanjang jalan menuju ke kabupaten Demak ataupun bisa datang langsung kepasar Bintoro Demak yang biasa dijual dengan Rp.12.000 hingga 10.000 per kilonya. 


 Baca juga : Beritaseoku.net

Di Demak juga ada berbagai macam olahan dari buah belimbing. Aneka produk olahan Belimbing yang merupakan buah khas Demak dan Icon Khas Demak. Antara lain Jus Belimbing, Sirup Belimbing, Koktail Belimbing, Selai Belimbing, Kripik Belimbing terbuat dari Buah belimbing asli, segar, sehat, alami. Bintang 5 Khas Demak adalah olahan Belimbing Jus Belimbing, Sirup Belimbing, Koktail Belimbing, Selai Belimbing, Kripik Belimbing terbuat dari Buah belimbing asli.

Belimbing memiliki nilai filosofi dan sejarah di kota Demak dengan lagu lir-ilir yang dipopulerkan oleh sunan kalijaga dalam syiar agama islam di demak dalam menyebarkan agama islam di pulau jawa. Jus Belimbing, Sirup Belimbing, Koktail Belimbing, Selai Belimbing, Kripik Belimbing terbuat dari Buah belimbing asli memiliki manfaat kesehatan antara lain untuk menurunkan tekanan darah, kolesterol, vertigo dan mengandung vitamin C tinggi untuk menjaga kondisi tubuh. Jus Blimbing, Sirup Blimbing, Koktail Blimbing, Selai Blimbing, Kripik Blimbing terbuat dari Buah blimbing asli yang merupakan buah khas demak.

Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Demak Kunir dan Demak Kapur.

Kandungan Gizi Buah Belimbing.
Dalam buah belimbing seberat 100 gram atau sekitar 3,5 onz terkadung beberapa unsur kimia dengan nilai tertentu, antara lain :

Nilai kandungan gizi buah belimbing / 100 g (3.5 oz )

Energi                          : 128 kJ (31 kcal)

Karbohidrat                 : 6.73 g

Gula                            : 3.98 g

Diet serat                     : 2.8 g

Lemak                          :33 g

Protein                         :1.04 g

Asam pantotenat (B5)  : 0.39 mg (8%)

Folat (Vit. B9)              : 12 mg (3 %)

Vitamin C                     : 34.4 mg (57%)

Fosfor                          : 12 mg (2%)

Kalium                         : 133 mg (3%)

Seng                             : 12 mg(1%)

Sumber USDA Nutrient database

Keripik Brayo, Kuliner Mangrove Lezat Khas Demak

MANGROVEMAGZ. Waktu masih sekolah dulu, Ibu saya di setiap sarapan pagi, selalu membelikan saya keripik bayam, keripik yang dikasih tepung-gurih, dilumuri ke daun bayam. Waktu itu, keripik bayam dijual seharga seribu rupiah per plastik yang berisi kurang lebih lima buah daun bayam berlumur tepung. Keripik berwarna hijau itu, dijual oleh Mbok-mbok pedagang sayur, yang tiap pagi hobi lewat di depan rumah saya.
Tak bisa dipungkiri, saya suka sekali menu makan-pagi saya karena ada keripik bayam di dalamnya. Bagi saya waktu itu, keripik bayam adalah keripik terlezat di dunia! Nasi putih pulen hangat berlumur garam ditambah telur ceplok dan sambal terong glatik serta keripik bayam, adalah makanan paling nikmat yang pernah saya icip.
Keripik bayam yang bercita rasa gurih, ternyata tak sulit untuk dimasak, bahkan Ibu pernah mengajarkan caranya kepada saya. Yang dibutuhkan hanya beberapa lembar daun bayam berukuran sedang hingga besar dicampur dengan tepung beras diracik bumbu dapur yang gurih, lalu digoreng, ditiriskan dan bila sudah matang, siap disantap. Se-simple itu!
Dihidangkan tiap sarapan pagi bersama nasi putih-pulen. Sumpah, keripik bayam ini enaknya kebangetan. Gurrrih!
Selama beberapa tahun, saya kira keripik bayam adalah keripik terenak yang pernah saya icip. Walaupun ada keripik singkong, keripik pisang dan keripik sukun misalnya, entah kenapa keripik bayam lebih klop di lidah saya. Namun, kenikmatan keripik bayam mulai terusik, saat beberapa hari yang lalu saya mencicipi keripik daun mangrove bernama keripik api-api di Morosari, Demak.
Nggak tahu kenapa, setelah saya beli seharga tiga ribu rupiah per plastik, cita rasanya yang berbeda dengan keripik bayam, membuat saya ketagihan. Suer, rasanya enak banget. Ada sensasi asam, seperti rasa jeruk purut, tapi gurih.
Keripik ini, mengandung tanin. Tanin sendiri, sebenarnya adalah zat pertahanan-diri api-api dari air garam laut yang masuk bebas ke dalam tubuhnya. Mungkin, bercampurnya tanin dengan zat-zat lain yang ada di tubuh api-api inilah, yang pada akhirnya membuat sensasi asam di lidah saya.
Warung sederhana, tempat keripik brayo dijual, di sekitar kawasan mangrove Morosari, Demak.
Di Morosari, keripik ini disebut juga sebagai keripik brayo. Keripik lezat ini dijual bebas warga di sana, yang berjualan di sekitar jalanan berkayu, di kawasan konservasi mangrove milik pemerintah Demak. Satu plastik dihargai tiga ribu rupiah. Kecil kemasannya, tapi bagi saya lezatnya gak ketulungan, mengalahkan keripik bayam, idola saya selama beberapa tahun terakhir. Hiks….
“Aman, Mas. Ada Pak Dokter dan mahasiswa juga yang suka borong keripik ini,” ujar salah satu Ibu pedagang, meyakinkan saya kalau dagangannya aman dikonsumsi.
Memang, saya termasuk yang paling rewel kalau soal makanan. Waktu mau beli kemarin, saya pastikan dulu keripik brayo ini aman. Saya sedikit menginterogasi sang Ibu pedagang, akan keamanan produknya. Saya khawatir saja, soalnya tanin ini ternyata semacam zat “racun” penetralisir zat-zat berbahaya yang masuk ke tubuh brayo, tak terkecuali daun yang jadi bahan utama keripik brayo.
“Selama ini tak pernah ada kasus keracunan, kok. Malah sehat, Mas. Cara masaknya gampang. Daun brayo dicari yang lebar dan matang, lalu dicuci bersih, direndam sehari untuk menghilangkan kadar racunnya, baru besoknya digoreng pakai tepung. Gurih dan enak,” tambah Ibu pedagang, promosi lagi.

Penampakan asli pohon brayo, yang daunnya dibuat keripik mangrove tergurih di dunia versi saya.
Okelah, saya yakin. Dan, saya borong tiga bungkus. Saya lahap langsung selama perjalanan dari Demak ke Semarang, dan saya takut, keripik bayam jadi tak enak lagi. Fix, niche-nya tergantikan dengan keripik brayo. Keripik daun mangrove ini paling enak sedunia!
Memang, tak pernah ada kasus keracunan saat mengkonsumsi keripik dari daun mangrove ini (menurut warga setempat), namun ada rekomendasi dari penulis spesialis buku mangrove bernama Aris Priyono, yang menyebutkan bahwa untuk mengkonsumsi brayo, dalam hal ini buahnya yang dijadikan tepung lalu diolah menjadi berbagai makanan, harus melewati beberapa tahap, lho.

Buku mangrove yang menganjurkan buah api-api di-treatment terlebih dahulu sebelum diolah jadi makanan lezat.
Penulis mengatakan bahwa semua resep yang menggunakan buah api-api sebagai bahan campuran, harus melalui urutan proses pengolahan sebagaimana tercantum di bawah ini:
1. Ambil api-api dari hutan mangrove.
2. Kupas kulitnya dan ambil bagian dalamnya saja.
3. Buah yang telah dikupas dibelah jadi empat bagian. Lepaskan putik dari buahnya.
4. Rebus dalam air mendidih hingga lunak (sekitar 30 menit), sambil terus mengganti air rebusan. Lalu taburi dengan abu gosok secukupnya sambil diaduk hingga rata.
5. Angkat dan cuci hingga warnanya berubah kehijauan.
6. Rendam dalam ember yang agak besar selama dua hari. Setiap enam jam ganti airnya untuk mempercepat proses penghilangan racunnya.
7. Api-api siap diolah dan dijadikan makanan.
Walaupun memang keripik api-api ini, bukan dibuat dari tepung buahnya, melainkan dari daunnya, namun menurut hemat saya, secara-kandungan-zat didalamnya adalah sama, walaupun mungkin kadarnya berbeda. Jadi, kalau mau mengkonsumsi daun ataupun buah brayo, ya harus di-treatment terlebih dahulu. Ya, gak, sih (?).
Terlepas dari pro kontra kandungan tanin daun brayo, yang belum banyak diteliti (setahu saya yang sudah diteliti adalah kandungan tanin di buahnya), saya asyik-asyik aja memamah biak keripiknya. Di kantor, saat makan siang, saya suka memadupadankan dengan menu lainnya, diantaranya ‘jadi temannya’ soto, rawon, rendang, rames, dan menu lain favorit saya. Ingin tahu kelezatan keripik terenak di dunia versi saya? Cobalah keripik brayo. Ajib dan recommended!

Kue Rangin

Kue rangin adalah jajanan tradisional khas Demak yang terbuat dari bahan olahan kelapa muda serut/ parut dan tepung beras. Kue rangin memiliki beberapa julukan, di surabaya atau jawa timur, orang mengenal kue ini sebagai kue rangin atau kue gandos, namun di daerah lain ada juga yang menyebutnya sebagai kue pancong. Dominasi unsur bahan kelapa serut membuat rasa kue ini menjadi gurih dan enak, serta pada beberapa saat adonan dipanggang, aroma wangi akan mulai menyeruak dan menggoda selera untuk menyantap kue tradisional ini
Kue rangin adalah makanan tradisional yang  sudah ada bahkan sudah terkenal sejak sebelum tahun 50-an yang terpusat di kecamatan wonosalam, yaitu Desa Lempuyang, ploso, karangsambung dan sekitarnya yang sudah menjadi tradisi tahunan, yaitu setiap menjelang lebaran idul fitri atau syawalan, bahkan setiap menjelang puasa masyarakat sudah mempersiapkan bahan – bahan guna pembuatan kue rangin dalam rangka menyambut kedatangan bulan penuh berkah untuk dihidangkan di ruang tamu, bahkan hampir setiap rumah ada kue rangin dan bisa membuat kue rangin terutama ibu-ibu, dan kue rangin juga sudah mulai menjadi tradisi oleh-oleh atau buah tangan setiap bertamu atau berkunjung ke rumah saudara yang ada di luar kota/jawa seperti : lamaran, pernikahan, kunjungan tamu, tunangan, oleh- oleh dari demak bahkan sering dibawa oleh-oleh para TKI ke luar negri untuk oleh-oleh dari kampoeng/demak. Sehingga rangin sangatlah cocok sebagai makanan khas demak karena mempunyai ciri khas dan sejarah yang cukup lama bahkan cocok dengan filosofi sejarah sunan kalijaga dan raden fattah demak yang dulu demak juga terkenal dengan lumbung padinya dan kecamatan wonosalam terkenal dengan pohon kelapanya. Dengan perpaduan itu akhirnya masyarakat wonosalam memberikan nama kue rangin (angin – angin, ilir - ilir) karena bentuknya juga seperti kipas berbentuk kotak., dan pembuatan kue rangin pun masih sangat tradisional dan mempunyai ciri khas tersendiri.

Dan akhirnya kami dari komunitas yang terdiri dari anak – anak muda yang tergabung dalam Komunitas Kreasi yang sudah berdiri sejak tahun 2010 hingga sekarang ini, kami mempunyai maksud dan tujuan untuk mengangkat kembali produk-produk lokal yang sudah lama tenggelam dan mencintai produk dalam negeri.  

Belimbing Demak

Belimbing Demak : Cita Rasa Buah Yang Menggoda Lidah

  Asal nama belimbing Demak, tidak jauh dari Semarang, Jawa Tengah. Berasal dari nama tempat wilayah dikembangkannya varietas baru dalam jenis buah Belimbing yaitu di Kabupaten Demak, maka Belimbing ini diberi nama latin Averrhoa carambola cv. demak. Belimbing Demak terbagi menjadi 3 macam, yakni Demak Kunir, Demak Kapur, dan Demak Jingga. Ketiga macam belimbing Demak ini dibedakan berdasarkan bobot buah, jumlah produksi, dan bentuk buah. Ciri mendasar adalah warna buah. Belimbing demak kunir warnanya kuning merata, demak kapur putih merata, dan demak jingga warnanya kemerahan.

Sejarah belimbing di Demak memang demikian panjang. Pada 1980-an, belimbing demak mencapai puncak kejayaan. Belimbing tak hanya ditanam di halaman rumah, tetapi lahan luas pun disulap menjadi ”hutan” belimbing. Masyarakat sebagian besar mengandalkan kehidupannya kepada buah belimbing. Namun seiring perjalanan waktu, pada pertengahan 1990-an tanaman belimbing yang berjumlah 71.500 pohon, kini tinggal 20 persen. Itu pun buahnya jarang diperjualbelikan sehingga kalah bersaing dengan belimbing dari Blitar, dan Jepara.

Di Indonesia, sebagian besar masyarakat mengenal buah yang bernama belimbing tersebut. Buahnya manis sedikit asam, berbentuk bintang lima  sudut ketika dipotong. Buah belimbing panjangnya antara 20 cm hingga 50 cm dengan warna yang khas yaitu kuning kehijau-hijauan. Jika waktu muda, buah belimbing berwarna hijau. Ketika di potong, maka buah belimbing tersebut mempunyai biji yang kecil berwarna coklat. Buah ini banyak mengandung vitamin C yang bagus untuk kesehatan badan. Namun, tahukan Petualang? Bahwa di Indonesia terdapat sentra buah belimbing. Daerah tersebut berada di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. 
Di Demak selain menyimpan sejuta kisah sejarah perhelatan masuknya Islam di Jawa Tengah dengan Masjid Demak, Makam Raja-raja, dan makam Wali ternyata juga menyimpan kuliner berupa buah belimbing yang rasanya manis dan besarnya ekstra jumbo. Ukuran yang lebih besar dari biasanya buah belimbing menambah sempurna Belimbing Demak tersebut. Tak sulit untuk menemukan kios dan toko yang menyediakan belimbing Demak, Petualang bisa datang dan membelinya disepanjang jalan ke arah Kabupaten Demak. Disekitar alun-alun Demak misalnya, disana berjajar para penjual belimbing Demak bersama buah yang khas Demak seperti jambu citra dan Delima serta Blewah.
Atau ingin lebih murah, Petualang bisa menemukan di Pasar Bintoro Demak. Sepanjang jalan Semarang – Mranggen – Purwodadi, Harga yang ditawarkan sangat murah, apalagi Petualang pandai menawar pasti mendapat harga yang sangat murah. Untuk harga 1 (satu) kilogram Buah Belimbing Demak di jual seharga sekitar Rp. 12.000,- ketika tidak musim panen. Ketika musim panen tiba, harga Belimbing Demak bisa sampai Rp. 10.000,- perkilonya. Cukup murah bukan? Untuk perkilonya Petualang bisa mendapatkan 5 hingga 6 buah ukuran sedang, dan ketika harus memilih ukuran ekstra jumbo Petualang bisa mendapat 2 hingga 3 Buah Belimbing Demak.
Nah, jika Petualang berplesiran ke Kabupaten Demak Bintoro propinsi Jawa Tengah, silakan untuk membeli Belimbing Demak yang manis dan kaya vitamin C. Semoga hari Pertualang Menyenangkan.

Jambu Delima Demak

Siapa yang tak kenal dengan jambu merah delima? Ya , buah khas Kabupaten Demak, Jawa Tengah, itu bisa menjadi salah satu teman hidangan saat berbuka puasa.
Selain buahnya renyah dan manis juga segar rasanya, apalagi setelah seharian berpuasa dengan panas matahari yang menyengat tubuh akan terobati dengan buah berair yang rasanya "Mak Nyuss" ini.
Buah komoditas andalan Kota Wali ini memang belum merata penyebarannya, terutama di luar daerah Demak, biasanya kita bisa mendapatkannya di supermarket atau toko buah, itu pun dengan stok terbatas.

Namun saat ini di Demak sedang musim panen jambu delima jadi stoknya melimpah.

Jambu merah delima khas Demak  (necturajuice)
Nah, apabila Anda berpergian dan menempuh jalur pantura, jangan lewatkan untuk mampir di Kota Demak ya! Selain berburu jambu merah delima juga dapat berwisata religi di Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu dan Kawasan Observasi Magrove di lepas pantai Morosari Sayung.
Tidak sulit mendapatkan jambu merah delima, tinggal kita mampir ke Pasar Bintoro maka dengan mudah bisa menjumpai jambu merah delima yang digelar oleh para pedagang, baik di kios-kios buah maupun di pinggir jalan.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi mulai Rp 12.000 - Rp 17.000 per kilogram. Atau kita bisa membeli jambu merah delima yang langsung dipetik dari pohonnya.
Selain di Desa Betokan dan Mranak, jambu merah delima juga bisa kita dapatkan di Desa Singorojo, Kecamatan Demak Kota.
Bahkan di sepanjang jalan Kalijajar yang menghubungkan Pasar Bintoro dengan Desa Singorojo, banyak kita jumpai warga yang menjual jambu merah delima hasil kebun mereka sendiri.


Menurut Wahyu, ramadhan kali ini merupakan ramadhan penuh berkah bagi warga Desa Singorojo. Pasalnya hasil panen jambu merah sangat melimpah.
Hampir semua pohon jambu merah delima di kebun, pekarangan maupun halaman rumah warga berbuah lebat. "Saat ini lagi panen raya. Hasilnya melimpah. Puasa ramadhan sebelumnya tidak sebanyak ini. Ramadhan tahun ini benar-benar penuh berkah," ucap Wahyu.
Warga menjajakan jambu merah delima masih dengan cara tradisional. Tidak ada alat ukur timbangan, namun jambu merah delima ditaruh diatas wadah kecil berisi 20 biji jambu merah delima.
Harga satu wadahpun bervariasi antara Rp 7.500 - Rp 10.000. "Sehari laku 20-30 wadah. Lumayan bisa nabung untuk lebaran," terang Wahyu.
Banyak warga lokal maupun luar kota yang sengaja membeli atau berburu jambu merah delima yang banyak digelar warga di sepanjang jalan Kalijajar. Selain buahnya fresh harganya juga lebih miring.
Salah satunya, Riswiyanto (50), warga Undaan, Kudus. Pengusaha beras itu sengaja mampir ke jalan Kalijajar, usai menemui rekanan di Demak, untuk membeli jambu merah delima sebagai oleh-oleh untuk keluarganya di rumah.
"Yang membedakan jambu merah delima dengan jambu air lainnya, buahnya tebal, renyah dan manis. Rasanya mantap. Cocok buat buka puasa.
Hal senada disampaikan oleh pembeli lainnya, Ismail, warga Sayung, Demak. Menurutnya, jambu merah delima menu wajib saat berbuka puasa karena buahnya yang manis dan segar.
"Buka puasa serasa kurang lengkap tanpa jambu merah delima,