Berdirinya
kerajaan Demak bermula dari misi para muballigh dalam mengislamkan jawa
yang kemudian terkenal dg sebutan “ wali songo”. Dalam penyiaran dan
perkembangan islam di jawa selanjutnya, para walisongo memusatkan
kegiatannya dengan menjadikan kota demak sebagai sentral segala
sesuatunya. Atas dukungan walisongo tersebut, terutama atas dasar
perintah sunan Ampel, maka raden Patah ditugaskan untuk mengajarkan
agama islam dan membuka pesantren di desa glagah wangi.
Tidak
lama kemudian, desa inii banyak dikunjungi orang. Tidak hanya menjadi
pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat
perdagangan dan bahkan menjadi pusat kerajaan islam pertama di jawa.
Kerajan
islam pertama ini didirikan oleh raden Patah atas restu dan dukungan
para walisongo yang diperkirakan tidak lama setelah keruntuhan kerajaan
majapahit ( semasa pemerintahan prabu brawijaya ke V / kertabumi ) yaitu
tahun ± 1478 M . sinengkelan ( ditandai dengan condro sengkolo ) “
SIRNO ILANG KERTANING BUMI “ . Adapun berdirinya kerajaan demak
sinengkelan “ geni mati siniram janmi” yang artinya tahun soko 1403 /
1481 M.
Sebelum
Demak menjadi pusat kerajaan, dulunya demak merupakan kadipaten di
bawah kekuasaan kerajaan Majapahit ( brawijaya V) . dan sebelum
berstatus kadipaten , lebiih dikenal orang dengan nama “ glagah wangi “.
Yang menjadi wilayah kadipaten jepara dan merupakan satu-satunya
kadipaten yang adipatinya memeluk agam islam.
Menurut
cerita rakyat, orang tg pertama kali dijumpai oleh raden patah di
glagah wangi adalah nyai lembah yang bersal dari rawa pening. Atas saran
nyai lembah inilah , raden patah bermukim di desa glagah wangi yang
kemudian dinamai “ Bintoro Demak “. Kemudian dalam perkembangannya dan
semakin ramainya masyarakat, akhirnya bintoro menjadi ibu kota Negara.
Adapun asal kota Demak , ada beberapa pendapat. Antara lain :
- Menurut prof. purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya tanah yang mengandung air ( rawa)
- Menurut
sholichin salam dalam bukunya “ sekitar walisongo “ menyatakan bahwa
prof. Dr.Hamka berpendapat , kota Demak adalah berasal dari bahasa arab “
Dimak” yg artinya air mata . menggambarkan kesulitan dalam menegakkan
agam islam pada waktu itu.
- Menurut prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal dari bahasa kawi yang artinya pegangan atau pemberian.
Letak Lokasi Kerajaan Demak
Dari
hasil penilitian IAIN walisongo jawa tengah tahun 1974 M tentang
bahan-bahan sejarah islam di jawa tengah bagian utara, telah dilaporkan
bahwa ada beberapa pendapat mengenai letak kesultanan ( istana kerajaan )
Demak, yaitu ;
- Pertama
: bahwa bekas kesultanan Demak itu tidak ada. Dengan keterangan bahwa
raden Patah mulai menyebarkan agama islam di Demak adalah semata-mata
untuk kepentingan agama islam. Pendirian masjid Demak bersama para
walisongo merupakan lambing kesultanan demak. Adapun tempat kediaman
rade Patah bukan berupa istana yang megah, tetapi sebuah rumah biasa yg
letaknya diperkirakn sekitar stasiun Kereta APi sekarang, tempat itu
dinamakan “Rowobatok “
- Kedua
: bahwa pada umumnya letak masjid tidak terlalu jauh dari istana.
Diperkirakan letak kraton Demak berada ditempat yang sekarang didirikan
Lembaga Pemasyarakatan ( sebelah timur alun-alun) . dengan alas an bahwa
pada zaman colonial ada unsur kesengajaan menghilangkan bekas kraton .
pendapat ini didasarkan atas adanya nama-nama perkampungan yang
mempunyai latar belakang historis. Seperti nama : sitihingkil (
setinggil) , betengan , pungkuran, sampangan dan jogoloyo.
- Ketiga
: bahwa letak kraton berhadap-hadapan dengan masjid agung demak,
menyebrangi sungai dengan ditandai oleh adanya dua pohon pinang. Kedua
pohon pinang tersebut masih ada dan diantara kedua pohon itu terdapat
makam kiyai GUNDUK.. menurut kepercayaan masyarakat setempat , yang
ditanam itu sesungguhnya berupa tombak ( pusaka).
Raja-Raja Kerajaan Demak
1. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Raden Patah ( 1500 – 1518 )
Raden
Patah pada masa sebelum mendirikan Kerajaan Demak terkenal dengan nama
Pangeran Jimbun, dan setelah menjadi pendiri kerajaan Demak raja
bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. kerajaan Demak menjadi kerajaan
besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam yang penting Pada masa
pemerintahan Raden Patah, dan Raden Patah juga membangun Masjid Agung
Demak yang letaknya ditengah kota Alun-alun Demak.
Kedudukan
Demak semakin penting peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam
setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Namun, walaupun begitu hal
itu suatu saat juga menjadi ancaman bagi kekuasaan Demak. Karena itu
pada tahun 1513, Raden Patah mengutus putranya sendiri yaitu Pati Unus
dan para armadanya diutus untuk menyerang Portugis di Malaka. Walau
Serangan ke Malaka sudah dibantu oleh Aceh dan Palembang tetapi gagal
dikarenakan kualitas persenjataan yang kurang memadai dibanding Portugis
di Malaka.
2. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Pati Unus ( 1518 – 1521 )
Pada
tahun 1518 ketika Raden Patah sudah wafat kemudian pemerintahan
Kerajaan Demak digantikan putranya sendiri yaitu Pati Unus. Pati Unus
sangat terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah
memimpin perlawanan terhadap Portugis yang telah menguasai Malaka. dan
karena keberaniannya itu Pati Unus mendapatkan julukan Pangeran Sabrang
lor. Ia juga mengirim Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis
di Malaka, hal itu mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makanan.
3. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 )
Ketika
Pati Unus wafat, pati unus tidak memiliki putra.jadi tahta kerajaan
digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. dan di bawah
pemerintahan Sultan Trenggono inilah pemerintahan Demak mencapai masa
kejayaannya. Raden Trenggono dikenal sebagai raja yang sangat bijaksana
dan gagah berani. dan berhasil memperlebar wilayah kekuasaannya yang
meliputi dari Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pada
turun-temurun berdirinya demak sampai masa pemerintahan Raden Trenggono
Musuh utama Demak adalah Portugis yang mulai memperluas pengaruhnya ke
jawa Barat dan alhasil pihak portugis bisa mendirikan benteng Sunda
Kelapa di jawa barat.
Pada tahun 1522
Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke Sunda kelapa dibawah pimpinan
Fatahillah yang bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis dari sunda
kelapa. Tahun 1527 Fatahillah dan para pengikutnya berhasil mengusir
Portugis dari Sunda Kelapa. Dan Sejak saat itulah Sunda Kelapa diganti
namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang sempurna danampai
saat ini dikenal dengan nama Jakarta.
Sultan
Trenggono yang berencana menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan Demak
dan untuk mewujudkan cita-cita itu Sultan Trenggono mengambil langkah
cerdas sebagai berikut :
- menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang )
dipimpin Sultan Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasil
karena Sultan Trenggono meninggal
- menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin
Fatahillah
mengadakan perkawinan politik. Misalnya :
- Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara )
- Fatahillah dijodohkan dengan adiknya
- Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon )
- Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati Pajang )
Peninggalan Kerajaan Demak
Kerajaan
Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan tentang
keberadaan kerajaan ini di masa lalu sudah cukup banyak didapatkan.
Adapun beberapa bukti lain yang berupa peninggalan bersejarah seperti
bangunan atau benda-benda tertentu juga masih terpelihara hingga
sekarang. Beberapa bangunan atau benda peninggalan kerajaan Demak yaitu
sebagai berikut :
1. Masjid Agung Demak
Peninggalan
Kerajaan Demak yang paling dikenal tentu adalah Masjid Agung Demak.
Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri
kokoh hingga saat ini meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan
ini juga menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam
telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa. Jika Anda
tertarik untuk melihat keunikan arsitektur dan nilai-nilai filosofisnya ,
datanglah ke masjid ini. Letaknya berada di Desa Kauman, Demak – Jawa
Tengah.
2. Pintu Bledek
Dalam
bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh karena itu, pintu bledek
bisa diartikan sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo
pada tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak.
Berdasarkan cerita yang beredar, pintu ini dinamai pintu bledek tak lain
karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar. Saat
ini, pintu bledek sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu
bledek dimuseumkan karena sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi koleksi
peninggalan Kerajaan Demak dan kini disimpan di dalam Masjid Agung
Demak.
3. Soko Tatal dan Soko Guru
Soko
Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai
penyangga tegak kokohnya bangunan Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru
yang digunakan masjid ini, dan berdasarkan cerita semua soko guru
tersebut dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Sang Sunan mendapat tugas
untuk membuat semua tiang tersebut sendiri, hanya saja saat ia baru
membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan
sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua tatal atau
potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kekuatan
spiritualnya dan mengubahnya menjadi soko tatal alias soko guru yang
terbuat dari tatal.
4. Bedug dan Kentongan
Bedug
dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga merupakan
peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tak boleh dilupakan.
Kedua alat ini digunakan pada masa silam sebagai alat untuk memanggil
masyarakat sekitar mesjid agar segera datang melaksanakan sholat 5 waktu
setelah adzan dikumandangkan. Kentongan berbentuk menyerupai tapal kuda
memiliki filosofi bahwa jika kentongan tersebut dipukul, maka warga
sekitar harus segera datang untuk melaksanakan sholat 5 waktu secepat
orang naik kuda.
5. Situs Kolam Wudlu
Situs
kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs ini
dahulunya digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir
yang berkunjung ke Masjid untuk melaksanakan sholat. Namun, saat ini
situs tersebut sudah tidak digunakan lagi untuk berwudlu dan hanya boleh
dilihat sebagai benda peninggalan sejarah.
6. Maksurah Maksurah
adalah
dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan Masjid
Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya pada
saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun tulisan
dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Alloh.
7. Dampar Kencana
Dampar
kencana adalah singgasana para Sultan yang kemudian dialih fungsikan
sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak. Peninggalan Kerajaan Demak
yang satu ini hingga kini masih terawat rapi di dalam tempat
penyimpanannya di Masjid Demak.
8. Piring Campa
Piring
Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang tak lain
adalah ibu dari Raden Patah. Piring ini jumlahnya ada 65 buah. Sebagian
dipasang sebagai hiasan di dinding masjid, sedangkan sebagian lain
dipasang di tempat imam.
Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Demak
Kerajaan
Demak yang secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat
pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai yang dikelilingi oleh
daerah rawa yang luas dikelilingi peraiaran laut Muria.Bintoro yang
menjadi pusat kerajaan Demak yang terletak antara bergola dan jepara,
dimana bergola adalah sebuah pelabuhan yang penting pada masa Kerajaan
Mataram ( Wangsa Syailendra ), sedangkan Jepara akhirnya berkembang
menjadi pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.
Kehidupan
politik lokasi kerajaan Demak yang strategis untuk perdagangan
nasional, karena menghubungkan perdagangan antara Indonesia bagian barat
dengan Indonesia bagian Timur, serta keadaan Majapahit yag sudah
hancur, maka Demak berkembang menjadi kerajaan besar di pulau Jawa, dan
memiliki peranan penting dalam rangka penyebaran agama islam, khususnya
di pulau Jawa, karena Demak berhasil menggantikan peran Malaka, setelah
Malaka jatuh ke tangan Portugis 1511.
Kehidupan Ekonomi dan Sosial Budaya
Kehidupan
Ekonomi kerajaan Demak, karena Demak terletak di wilayah yang sangat
strategis yaitu di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak
berkembang menjadi kerajaan maritim. Dalam kegiatan perdagangannya,
Demak berperan sebagai penghubung daerah penghasil rempah-rempah di
wilayah Indonesia bagian timur dan penghasil rempah-rempah di Indonesia
bagian barat.
Dengan demikian perdagangan di Demak
semakin berkembang. Dan hal in juga didukung oleh pengusaan Demak
terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.
Sebagai kerajaan islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak
juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah
satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian,
kegiatan perdagangannya di tunjang oleh hasil pertanian, yang
mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan dibidang ekonomi.
Kehidupan
sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan
budaya islam, karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam
pertama di pulau Jawa. Sebagai pusat penyebaran Islam, Demak menjadi
tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan
Kudus, dan Sunan Bonang. Para wali tersebut memiliki peranan yang
penting pada masa perkembangan kerajaan Demak, seperti yang dilakukan
oleh Sunan Kudus yang memberi nasihat kepada Raden Patah untuk membuat
siasat[1][1][1] menghancurkan kekuatan potugis dan membuat pertahanan
yang kuat di Indonesia.
Dengan demikian terjalin hubungan
yang erat antara raja/ bangsawan, para wali/ulama dengan rakyat.
Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang
diselenggarakan di Masjid maupun di Pondok Pesantren, sehingga tercipta
kebersamaan atau Ukhuwah Islamiah ( Persaudaraan di antara orang- orang
Islam )
Demikian pula di bidang budaya, banyak hal yang
menarik yang merupaka peninggalan dari kerajaan Demak.Salah satunya
adalah Masjid Demak, dimana salah satu tiang utamanya terbuat dari
pecahan- pecahan kayu yang disebut dengan soko Tatal. Masjid Demak
dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Majid ( pendopo )
itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar- dasar perayaan Sekaten (Maulud
Nabi Muhammad SAW) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta
dan Cirebon. Hal tersebut menunjukan adanya akulturasi kebudayaan Hindu
dengan kebudayaan Islam.
Setelah Demak berkuasa kurang
lebih setengah abad, ada beberapa hasil peradaban Demak yang sampai saat
ini masih dapat dirasakan. Misalnya :
- Sultan Demak, Senopati
Jimbun pernah menyusun suatu himpunan undang-undang dan peraturan di
bidang pelaksanaan hukum. Namanya : Salokantara, sebagai kitab hukum,
maka di dalamnya antara lain menerangkan tentang pemimpin keagamaan yang
pernah menjadi hakim. Mereka disebut dharmahyaksa dan kertopapatti.
- Gelar
pengulu ( kepala ), juga sudah dipakai disana, yang sudah dipakai Imam
di Masjid Demak. Hal in juga terkait dengan orang yang terpenting
disana, yaitu nama Sunan Kalijaga. Kata Kali berasal dari bahasa Arab
Qadli, walaupun hal itu juga dikaitkan dengan nama sebuah sungai kecil,
Kalijaga di Cirebon. Ternyata istilah Qadli, pada masa-masa selanjutnya
dipakai oleh imam-imam masjid.
- Bertambahnya bangunan-bangunan militer di Demak dan ibukota lainnya di Jawa pada abad XVI.
- Peranan
penting Masjid Demak sebagai pusat peribadatan Kerajaan Islam pertama
di Jawa. Dengan Masjid, umat Islam di Jawa daapt mengadakan hubungan
dengan pusat-pusat Islam Internasional di luar negeri ( di Tanah Suci,
maka dengan kekhalifahan Ustmaniyah di Turki ).
- Munculnya
kesenian, seperti wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang
macapat, pembuatan keris, dan hikayat-hikayat Jawa yang dipandang
sebagai penemuan para wali yang sezaman dengan Kerajaan Demak.
- Perkembangan
sastra Jawa yang terpusat di bandar-bandar pantai utara dan pantai
timur Jawa yang mungkin sebelumnya tidak di islami, maupun pada
masa-masa selanjutnaya “diislamkan”.
Kemajuan
Kerajaan Demak dalam berbagai bidang tidak bisa dilepaskan dari peran
serta Islam dalam menyusun dan membentuk fondasi Kemasyarakatan Demak
yang lebih Unggul, disamping itu peran serta para pemimpin dan para Wali
juga turut membantu kejayaan Kerajaan Demak.
Perang Saudara Kerajaan Demak
Perang
saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu
Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi perebutan
kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat anatara
Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan
Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan menyuruh anaknya yaitu
Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen.
Dan akhirnya
sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa kekuasaan
Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan dengan
luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari
pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat yaitu di
Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak
berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana
meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama perempuan dan
menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan
prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat,
anak yang keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak
yang kelima perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang
terakhir adalah Pangeran Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut
oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau
Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan kekuasaan.
Dengan
membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai Demak dan bisa
menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah
wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto
naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak. Mendengar hal tersebut Arya
Penangsang langsung menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak. Pada
masa itu posisi Demak sedang kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke
Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan
Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng.
Dalam
pertempuran ini tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang,
tetapi masih bisa dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini.
Dengan gugurnya Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini.
Masih ada seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah ke
Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging
bupati di wilayah Majapahit di daerah Surakarta.
Dalam
babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan
Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian
kalinyamat, maka janda dari pangeran kalinyamat membuat saembara. Siapa
saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku
dan harta bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu
Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena
beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Jaka
Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Akhirnya
Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng
Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat
tanah mataram.
Kehidupan Politik Kerajaan Demak
Raja
pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar Senapati
Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Pada
tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang
putranya yang bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati
Unus sebelumnya sudah pernah memimpin armada laut kerajaan Demak untuk
menyerang Portugis yang berada di Selat Malaka.
Sayangnya,
usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena
keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut,
akhirnya Pati unus mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Lalu
pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya
yang bernama Trenggana. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak
kejayaannya.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak
Kerajaan
Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada di
Nusantara, Demak memegang peran yang sangat penting dalam aktivitas
perekonomian antarpulau.
Demak
memiliki peran yang penting karena memiliki daerah pertanian yang
lumayan luas dan menjadi penghasil bahan makanan seperti beras. Selain
itu, perdagangannya juga semakin meningkat. Barang yang banyak diekspor
yaitu Lilin, Madu dan Beras.
Barang-barang
tersebut lalu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Aktivitas
perdagangan Maritim tersebut telah menyebabkan kerajaan demak mendapat
keuntungan sangat besar. Banyak kapal yang melewati kawasan laut jawa
dalam memasarkan barang dagangan tersebut.
Masa Kejayaan Kerajaan Demak
Pada
awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di
Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi
usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan
beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara.
Di bawah Pimpinan Pati Unus( Pangeran sabrang Lor )
Demak
di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi
besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar.
Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan
Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya
untuk menyerang Portugis di Malaka.
Di bawah Pimpinan Sultan Trenggana
Trenggana
berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di
bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti
merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis
yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya
dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu
terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546).
Trenggana
meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan
Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang
panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai
(Sumatera), yang juga menjadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana
Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati diperintah oleh Trenggana untuk
menundukkan Banten Girang. Kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin
menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus
merupakan imam di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan
Majapahit sebelum pindah ke Kudus.
Masa Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Demak
Pemerintahan
Raden Patah kira-kira berlangsung di akhir abad ke-15 hingga awal abad
ke 16. Tatkala perjuangan Raden Patah melawan Portugis belum selesai,
pada tahun 1518 beliau wafat, dan digantikan oleh puteranaya, Adipati
Unus ( Pangeran Sebrang Lor ). Dikenal denagan nama tersebut, karena dia
pernah dia menyebrang ke utara untuk menyerang Portugis yang ada
disebelah utara( Malaka ). Disamping itu, dikenal dengan nama Cu Cu
Sumangsang atau Aria Penangsang. Namun sayang, dia hanya memerintah
selam tiga tahun sehingga usahanya sebagai negarawan tidak banyak
diceritakan. Konon, dia mempunyai armada laut yang terdiri dari 40 kapal
juang yang berasal dari daerah-daerah taklukan, terutama yang diperoleh
dari Jepara.
Sebagai penggantinya adalah Sultan
Trenggono/ Tranggana, saudara Adipati Unus. Dia memerintah tahun
1512-1546. Tatkala memerintah, kerajaan telah diperluas ke barat dan ke
hulu Sungai Brantas atau pada saat ini dikenal dengan kota Malang.
Sebagai lambang kebesaran Islam, Masjid Demak pun dibangun kembali.
Dengan
gambaran tersebut diatas, perjuanagan Pangeran Trenggono tidak kalah
oleh para pendahulunya. Adapun orang-orang Portugis di Malaka,
dirasanaya sebagai ancaman dan bahaya.Untuk menggempur langsung dia
belum sanggup. Namun demikian, dia berusaha perluasan daerah-daerah yang
dikuasai oleh Portugis yang telah berhasil menguasai pula daerah pase
di Sumatra Utara. Seorang ulam terkemuka dari pase Faittahilah yang
sempat melarikan diri dari kepungan orang Portugis, di terima oleh
Trenggono.
Fattahilah pun dikawinkan dengan adiknya.
Ternyata Fattahilah dapat menghalangi kemajuan orang-orang Portugis
dengan merebut kunci-kunci perdagangan Kerajaan Pejajaran di Jawa Barat
yang belum masuk Islam, yaitu Banten dan Cirebon. Sementara itu,
Trenggono sendiri berhasil menaklukan Mataram dipedalaman Jawa Tengah
dan juga Singasari Jawa Timur bagian selatan. Pasuruan dan Panukuan
dapat bertahan, sedangkan Blambangan menjadi bagian Kerajaan Bali yang
tetap Hindu. Dalam usahanya untuk menyerang Pasuruan pada tahun 1546,
Trenggono Wafat. Dengan wafatnya Sultan Trenggono, timbulah pertengkaran
yang maha hebat di Demak tentang siapa yang menggantikannya.
Setelah
Sultan Trenggono wafat muncul kekacauan dan pertempuran antara para
calon pengganti Raja. Konon, ibukota Demak pun hancur karenanya. Para
calon pengganti raja yang bertikai itu adalah anak Trenggono, Sunan
Prawoto dan Arya Penangsang anak dari Pangeran Sekar Ing Seda Lepen,
adik tiri sultan trenggono yang dibunuh oleh Sunan Prawoto ketika
membantu ayahnya merebut tahta Demak. Arya penangsang dengan dukungan
dari gurunya Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak, mengirim anak
buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya.
Pada
tahun 1549 menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud berhasil
menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya
telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan
keluarganya diampuni. Menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud
berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui
kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati
asalkan keluarganya diampuni Rangkud setuju. Ia lalu menikam dada Sunan
Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata istri Sunan
sedang berlindung di balik punggungnya. Akibatnya ia pun tewas pula.
Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh
Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya.
Arya Penangsang juga
membunuh adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya, istri adipati
Jepara, Ratu Kalinyamat mengangakat senjata dan dibantu oleh adipati
yang lain untuk melawan Arya Penangsang. Salah satunya adalah Hadiwijaya
( Jaka Tingkir ), menantu Sultan Trenggono yang berkuasa di Pajang (
Boyolali ). Akhirnya, Joko Tingkir dapat membuuh Arya Penangsang. Pada
tahun 1586, Keraton Demak pun dipindah ke Pajang.
Runtuhnya
Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit.
Peristiwa gugurnya tokoh-tokoh penting Demak saat menyerang Blambangan
yang eks-Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat
kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah
pelajaran dari sejarah cerai-berai dari dalam akan membahayakan kesatuan
dan persatuan.
Kerajaan
Demak berdiri tahun 1500. Raja pertama Kerajaan Demak adalah Raden
Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Pada masa
pemerintahannya Kerajaan Demak berkembang dengan pesat. Dapat berkembang
dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai
penghasilan bahan makanan, terutama beras. Selain itu, Kemajuan yang
dialami Demak ini dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.
Kerajaan Demak tumbuh sebagai pusat perdagangan, Demak juga tumbuh
menjadi pusat penyebaran agama Islam. Para wali adalah penyebar agama
Islam di Demak. Mereka memanfaatkan posisinya untuk lebih menyebarkan
Islam kepada penduduk Jawa.
Wafatnya Sultan Trenggana
(1546) menyebabkan kemunduran Kerajaan Demak. Terjadi perebutan
kekuasaan antara Pangeran Prawato (putra Sultan Trenggana) dengan Aria
Panangsang (keturunan Sekar Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana)). Dalam
perebutan kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh Pangeran Prawoto dan
putranya, Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon
bantuan kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran itu, Adiwijaya
berhasil membunuh Aria Panangsang. Setelah itu, Adiwijaya memindahkan
ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa ini menjadi
akhir dari Kerajaan Demak.