Kerajan islam pertama ini didirikan oleh raden Patah atas restu dan dukungan para walisongo yang diperkirakan tidak lama setelah keruntuhan kerajaan majapahit ( semasa pemerintahan prabu brawijaya ke V / kertabumi ) yaitu tahun ± 1478 M . sinengkelan ( ditandai dengan condro sengkolo ) “ SIRNO ILANG KERTANING BUMI “ . Adapun berdirinya kerajaan demak sinengkelan “ geni mati siniram janmi” yang artinya tahun soko 1403 / 1481 M.
Sebelum Demak menjadi pusat kerajaan, dulunya demak merupakan kadipaten di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit ( brawijaya V) . dan sebelum berstatus kadipaten , lebiih dikenal orang dengan nama “ glagah wangi “. Yang menjadi wilayah kadipaten jepara dan merupakan satu-satunya kadipaten yang adipatinya memeluk agam islam.
Adapun asal kota Demak , ada beberapa pendapat. Antara lain :
- Menurut prof. purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya tanah yang mengandung air ( rawa)
- Menurut sholichin salam dalam bukunya “ sekitar walisongo “ menyatakan bahwa prof. Dr.Hamka berpendapat , kota Demak adalah berasal dari bahasa arab “ Dimak” yg artinya air mata . menggambarkan kesulitan dalam menegakkan agam islam pada waktu itu.
- Menurut prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal dari bahasa kawi yang artinya pegangan atau pemberian.
Letak Lokasi Kerajaan Demak
Dari hasil penilitian IAIN walisongo jawa tengah tahun 1974 M tentang bahan-bahan sejarah islam di jawa tengah bagian utara, telah dilaporkan bahwa ada beberapa pendapat mengenai letak kesultanan ( istana kerajaan ) Demak, yaitu ;- Pertama : bahwa bekas kesultanan Demak itu tidak ada. Dengan keterangan bahwa raden Patah mulai menyebarkan agama islam di Demak adalah semata-mata untuk kepentingan agama islam. Pendirian masjid Demak bersama para walisongo merupakan lambing kesultanan demak. Adapun tempat kediaman rade Patah bukan berupa istana yang megah, tetapi sebuah rumah biasa yg letaknya diperkirakn sekitar stasiun Kereta APi sekarang, tempat itu dinamakan “Rowobatok “
- Kedua : bahwa pada umumnya letak masjid tidak terlalu jauh dari istana. Diperkirakan letak kraton Demak berada ditempat yang sekarang didirikan Lembaga Pemasyarakatan ( sebelah timur alun-alun) . dengan alas an bahwa pada zaman colonial ada unsur kesengajaan menghilangkan bekas kraton . pendapat ini didasarkan atas adanya nama-nama perkampungan yang mempunyai latar belakang historis. Seperti nama : sitihingkil ( setinggil) , betengan , pungkuran, sampangan dan jogoloyo.
- Ketiga : bahwa letak kraton berhadap-hadapan dengan masjid agung demak, menyebrangi sungai dengan ditandai oleh adanya dua pohon pinang. Kedua pohon pinang tersebut masih ada dan diantara kedua pohon itu terdapat makam kiyai GUNDUK.. menurut kepercayaan masyarakat setempat , yang ditanam itu sesungguhnya berupa tombak ( pusaka).
Raja-Raja Kerajaan Demak
1. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Raden Patah ( 1500 – 1518 )
Raden
Patah pada masa sebelum mendirikan Kerajaan Demak terkenal dengan nama
Pangeran Jimbun, dan setelah menjadi pendiri kerajaan Demak raja
bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. kerajaan Demak menjadi kerajaan
besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam yang penting Pada masa
pemerintahan Raden Patah, dan Raden Patah juga membangun Masjid Agung
Demak yang letaknya ditengah kota Alun-alun Demak.
Kedudukan
Demak semakin penting peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam
setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Namun, walaupun begitu hal
itu suatu saat juga menjadi ancaman bagi kekuasaan Demak. Karena itu
pada tahun 1513, Raden Patah mengutus putranya sendiri yaitu Pati Unus
dan para armadanya diutus untuk menyerang Portugis di Malaka. Walau
Serangan ke Malaka sudah dibantu oleh Aceh dan Palembang tetapi gagal
dikarenakan kualitas persenjataan yang kurang memadai dibanding Portugis
di Malaka.
2. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Pati Unus ( 1518 – 1521 )
Pada
tahun 1518 ketika Raden Patah sudah wafat kemudian pemerintahan
Kerajaan Demak digantikan putranya sendiri yaitu Pati Unus. Pati Unus
sangat terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah
memimpin perlawanan terhadap Portugis yang telah menguasai Malaka. dan
karena keberaniannya itu Pati Unus mendapatkan julukan Pangeran Sabrang
lor. Ia juga mengirim Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis
di Malaka, hal itu mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makanan.
3. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 )
Ketika
Pati Unus wafat, pati unus tidak memiliki putra.jadi tahta kerajaan
digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. dan di bawah
pemerintahan Sultan Trenggono inilah pemerintahan Demak mencapai masa
kejayaannya. Raden Trenggono dikenal sebagai raja yang sangat bijaksana
dan gagah berani. dan berhasil memperlebar wilayah kekuasaannya yang
meliputi dari Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pada
turun-temurun berdirinya demak sampai masa pemerintahan Raden Trenggono
Musuh utama Demak adalah Portugis yang mulai memperluas pengaruhnya ke
jawa Barat dan alhasil pihak portugis bisa mendirikan benteng Sunda
Kelapa di jawa barat.
Pada tahun 1522
Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke Sunda kelapa dibawah pimpinan
Fatahillah yang bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis dari sunda
kelapa. Tahun 1527 Fatahillah dan para pengikutnya berhasil mengusir
Portugis dari Sunda Kelapa. Dan Sejak saat itulah Sunda Kelapa diganti
namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang sempurna danampai
saat ini dikenal dengan nama Jakarta.
Sultan
Trenggono yang berencana menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan Demak
dan untuk mewujudkan cita-cita itu Sultan Trenggono mengambil langkah
cerdas sebagai berikut :
- menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang )
dipimpin Sultan Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasil
karena Sultan Trenggono meninggal - menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin
Fatahillah
mengadakan perkawinan politik. Misalnya :- Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara )
- Fatahillah dijodohkan dengan adiknya
- Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon )
- Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati Pajang )
Peninggalan Kerajaan Demak
Kerajaan
Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan tentang
keberadaan kerajaan ini di masa lalu sudah cukup banyak didapatkan.
Adapun beberapa bukti lain yang berupa peninggalan bersejarah seperti
bangunan atau benda-benda tertentu juga masih terpelihara hingga
sekarang. Beberapa bangunan atau benda peninggalan kerajaan Demak yaitu
sebagai berikut :
1. Masjid Agung Demak
Peninggalan
Kerajaan Demak yang paling dikenal tentu adalah Masjid Agung Demak.
Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri
kokoh hingga saat ini meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan
ini juga menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam
telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa. Jika Anda
tertarik untuk melihat keunikan arsitektur dan nilai-nilai filosofisnya ,
datanglah ke masjid ini. Letaknya berada di Desa Kauman, Demak – Jawa
Tengah.
2. Pintu Bledek
Dalam
bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh karena itu, pintu bledek
bisa diartikan sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo
pada tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak.
Berdasarkan cerita yang beredar, pintu ini dinamai pintu bledek tak lain
karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar. Saat
ini, pintu bledek sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu
bledek dimuseumkan karena sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi koleksi
peninggalan Kerajaan Demak dan kini disimpan di dalam Masjid Agung
Demak.
3. Soko Tatal dan Soko Guru
Soko
Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai
penyangga tegak kokohnya bangunan Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru
yang digunakan masjid ini, dan berdasarkan cerita semua soko guru
tersebut dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Sang Sunan mendapat tugas
untuk membuat semua tiang tersebut sendiri, hanya saja saat ia baru
membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan
sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua tatal atau
potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kekuatan
spiritualnya dan mengubahnya menjadi soko tatal alias soko guru yang
terbuat dari tatal.
4. Bedug dan Kentongan
Bedug
dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga merupakan
peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tak boleh dilupakan.
Kedua alat ini digunakan pada masa silam sebagai alat untuk memanggil
masyarakat sekitar mesjid agar segera datang melaksanakan sholat 5 waktu
setelah adzan dikumandangkan. Kentongan berbentuk menyerupai tapal kuda
memiliki filosofi bahwa jika kentongan tersebut dipukul, maka warga
sekitar harus segera datang untuk melaksanakan sholat 5 waktu secepat
orang naik kuda.
5. Situs Kolam Wudlu
Situs
kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs ini
dahulunya digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir
yang berkunjung ke Masjid untuk melaksanakan sholat. Namun, saat ini
situs tersebut sudah tidak digunakan lagi untuk berwudlu dan hanya boleh
dilihat sebagai benda peninggalan sejarah.
6. Maksurah Maksurah
adalah
dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan Masjid
Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya pada
saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun tulisan
dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Alloh.
7. Dampar Kencana
Dampar
kencana adalah singgasana para Sultan yang kemudian dialih fungsikan
sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak. Peninggalan Kerajaan Demak
yang satu ini hingga kini masih terawat rapi di dalam tempat
penyimpanannya di Masjid Demak.
8. Piring Campa
Piring
Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang tak lain
adalah ibu dari Raden Patah. Piring ini jumlahnya ada 65 buah. Sebagian
dipasang sebagai hiasan di dinding masjid, sedangkan sebagian lain
dipasang di tempat imam.
Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Demak
Kehidupan politik lokasi kerajaan Demak yang strategis untuk perdagangan nasional, karena menghubungkan perdagangan antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian Timur, serta keadaan Majapahit yag sudah hancur, maka Demak berkembang menjadi kerajaan besar di pulau Jawa, dan memiliki peranan penting dalam rangka penyebaran agama islam, khususnya di pulau Jawa, karena Demak berhasil menggantikan peran Malaka, setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis 1511.
Kehidupan Ekonomi dan Sosial Budaya
Dengan demikian perdagangan di Demak semakin berkembang. Dan hal in juga didukung oleh pengusaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa. Sebagai kerajaan islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian, kegiatan perdagangannya di tunjang oleh hasil pertanian, yang mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan dibidang ekonomi.
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya islam, karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam pertama di pulau Jawa. Sebagai pusat penyebaran Islam, Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Bonang. Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak, seperti yang dilakukan oleh Sunan Kudus yang memberi nasihat kepada Raden Patah untuk membuat siasat[1][1][1] menghancurkan kekuatan potugis dan membuat pertahanan yang kuat di Indonesia.
Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara raja/ bangsawan, para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun di Pondok Pesantren, sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiah ( Persaudaraan di antara orang- orang Islam )
Demikian pula di bidang budaya, banyak hal yang menarik yang merupaka peninggalan dari kerajaan Demak.Salah satunya adalah Masjid Demak, dimana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan- pecahan kayu yang disebut dengan soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Majid ( pendopo ) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar- dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad SAW) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon. Hal tersebut menunjukan adanya akulturasi kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam.
Setelah Demak berkuasa kurang lebih setengah abad, ada beberapa hasil peradaban Demak yang sampai saat ini masih dapat dirasakan. Misalnya :
- Sultan Demak, Senopati Jimbun pernah menyusun suatu himpunan undang-undang dan peraturan di bidang pelaksanaan hukum. Namanya : Salokantara, sebagai kitab hukum, maka di dalamnya antara lain menerangkan tentang pemimpin keagamaan yang pernah menjadi hakim. Mereka disebut dharmahyaksa dan kertopapatti.
- Gelar pengulu ( kepala ), juga sudah dipakai disana, yang sudah dipakai Imam di Masjid Demak. Hal in juga terkait dengan orang yang terpenting disana, yaitu nama Sunan Kalijaga. Kata Kali berasal dari bahasa Arab Qadli, walaupun hal itu juga dikaitkan dengan nama sebuah sungai kecil, Kalijaga di Cirebon. Ternyata istilah Qadli, pada masa-masa selanjutnya dipakai oleh imam-imam masjid.
- Bertambahnya bangunan-bangunan militer di Demak dan ibukota lainnya di Jawa pada abad XVI.
- Peranan penting Masjid Demak sebagai pusat peribadatan Kerajaan Islam pertama di Jawa. Dengan Masjid, umat Islam di Jawa daapt mengadakan hubungan dengan pusat-pusat Islam Internasional di luar negeri ( di Tanah Suci, maka dengan kekhalifahan Ustmaniyah di Turki ).
- Munculnya kesenian, seperti wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat, pembuatan keris, dan hikayat-hikayat Jawa yang dipandang sebagai penemuan para wali yang sezaman dengan Kerajaan Demak.
- Perkembangan sastra Jawa yang terpusat di bandar-bandar pantai utara dan pantai timur Jawa yang mungkin sebelumnya tidak di islami, maupun pada masa-masa selanjutnaya “diislamkan”.
Kemajuan Kerajaan Demak dalam berbagai bidang tidak bisa dilepaskan dari peran serta Islam dalam menyusun dan membentuk fondasi Kemasyarakatan Demak yang lebih Unggul, disamping itu peran serta para pemimpin dan para Wali juga turut membantu kejayaan Kerajaan Demak.
Perang Saudara Kerajaan Demak
Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak yang keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan kekuasaan.
Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng.
Dalam pertempuran ini tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah Majapahit di daerah Surakarta.
Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah mataram.
Kehidupan Politik Kerajaan Demak
Raja
pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar Senapati
Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Pada
tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang
putranya yang bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati
Unus sebelumnya sudah pernah memimpin armada laut kerajaan Demak untuk
menyerang Portugis yang berada di Selat Malaka.
Sayangnya,
usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena
keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut,
akhirnya Pati unus mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Lalu
pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya
yang bernama Trenggana. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak
kejayaannya.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak
Kerajaan
Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada di
Nusantara, Demak memegang peran yang sangat penting dalam aktivitas
perekonomian antarpulau.
Demak
memiliki peran yang penting karena memiliki daerah pertanian yang
lumayan luas dan menjadi penghasil bahan makanan seperti beras. Selain
itu, perdagangannya juga semakin meningkat. Barang yang banyak diekspor
yaitu Lilin, Madu dan Beras.
Barang-barang
tersebut lalu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Aktivitas
perdagangan Maritim tersebut telah menyebabkan kerajaan demak mendapat
keuntungan sangat besar. Banyak kapal yang melewati kawasan laut jawa
dalam memasarkan barang dagangan tersebut.
Masa Kejayaan Kerajaan Demak
Pada
awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di
Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi
usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan
beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara.
Di bawah Pimpinan Pati Unus( Pangeran sabrang Lor )
Demak
di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi
besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar.
Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan
Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya
untuk menyerang Portugis di Malaka.
Di bawah Pimpinan Sultan Trenggana
Trenggana
berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di
bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti
merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis
yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya
dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu
terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546).
Trenggana
meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan
Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang
panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai
(Sumatera), yang juga menjadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana
Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati diperintah oleh Trenggana untuk
menundukkan Banten Girang. Kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin
menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus
merupakan imam di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan
Majapahit sebelum pindah ke Kudus.
Masa Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Demak
Sebagai penggantinya adalah Sultan Trenggono/ Tranggana, saudara Adipati Unus. Dia memerintah tahun 1512-1546. Tatkala memerintah, kerajaan telah diperluas ke barat dan ke hulu Sungai Brantas atau pada saat ini dikenal dengan kota Malang. Sebagai lambang kebesaran Islam, Masjid Demak pun dibangun kembali.
Dengan gambaran tersebut diatas, perjuanagan Pangeran Trenggono tidak kalah oleh para pendahulunya. Adapun orang-orang Portugis di Malaka, dirasanaya sebagai ancaman dan bahaya.Untuk menggempur langsung dia belum sanggup. Namun demikian, dia berusaha perluasan daerah-daerah yang dikuasai oleh Portugis yang telah berhasil menguasai pula daerah pase di Sumatra Utara. Seorang ulam terkemuka dari pase Faittahilah yang sempat melarikan diri dari kepungan orang Portugis, di terima oleh Trenggono.
Fattahilah pun dikawinkan dengan adiknya. Ternyata Fattahilah dapat menghalangi kemajuan orang-orang Portugis dengan merebut kunci-kunci perdagangan Kerajaan Pejajaran di Jawa Barat yang belum masuk Islam, yaitu Banten dan Cirebon. Sementara itu, Trenggono sendiri berhasil menaklukan Mataram dipedalaman Jawa Tengah dan juga Singasari Jawa Timur bagian selatan. Pasuruan dan Panukuan dapat bertahan, sedangkan Blambangan menjadi bagian Kerajaan Bali yang tetap Hindu. Dalam usahanya untuk menyerang Pasuruan pada tahun 1546, Trenggono Wafat. Dengan wafatnya Sultan Trenggono, timbulah pertengkaran yang maha hebat di Demak tentang siapa yang menggantikannya.
Setelah Sultan Trenggono wafat muncul kekacauan dan pertempuran antara para calon pengganti Raja. Konon, ibukota Demak pun hancur karenanya. Para calon pengganti raja yang bertikai itu adalah anak Trenggono, Sunan Prawoto dan Arya Penangsang anak dari Pangeran Sekar Ing Seda Lepen, adik tiri sultan trenggono yang dibunuh oleh Sunan Prawoto ketika membantu ayahnya merebut tahta Demak. Arya penangsang dengan dukungan dari gurunya Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak, mengirim anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya.
Pada tahun 1549 menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni Rangkud setuju. Ia lalu menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata istri Sunan sedang berlindung di balik punggungnya. Akibatnya ia pun tewas pula. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya.
Arya Penangsang juga membunuh adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya, istri adipati Jepara, Ratu Kalinyamat mengangakat senjata dan dibantu oleh adipati yang lain untuk melawan Arya Penangsang. Salah satunya adalah Hadiwijaya ( Jaka Tingkir ), menantu Sultan Trenggono yang berkuasa di Pajang ( Boyolali ). Akhirnya, Joko Tingkir dapat membuuh Arya Penangsang. Pada tahun 1586, Keraton Demak pun dipindah ke Pajang.
Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh-tokoh penting Demak saat menyerang Blambangan yang eks-Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran dari sejarah cerai-berai dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan.
- Kesimpulan
Wafatnya Sultan Trenggana (1546) menyebabkan kemunduran Kerajaan Demak. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawato (putra Sultan Trenggana) dengan Aria Panangsang (keturunan Sekar Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana)). Dalam perebutan kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon bantuan kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran itu, Adiwijaya berhasil membunuh Aria Panangsang. Setelah itu, Adiwijaya memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa ini menjadi akhir dari Kerajaan Demak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar